Epidermolisis bulosa (EB) adalah suatu kelompok penyakit yang diturunkan secara genetik dengan gejala mudahnya kulit dan mukosa terpisah dari jaringan di bawahnya, sehinnga muncul lepuh atau luka yang dapat terjadi secara spontan atau akibat gesekan. EB terjadi akibat adanya mutasi gen yang mengkode protein pembentuk lapisan dasar epidermis kulit (membrana basalis epidermis/basement membrane zone), sehingga terjadi gangguan pembentukan struktur jaringan pengikat antarsel, akibatnya sel mudah rusak dan terjadi celah antara kulit dan mukosa.
Gejala Pasien Epidermolisis Bulosa
Gejala yang umumnya ditemukan adalah kulit melepuh berisi cairan, luka lecet atau borok (ulkus), dan tidak jarang terjadi infeksi pada luka tersebut. Kedua tangan dan kaki pasien EB dapat mengalami kontraktur berat, yakni melekatnya jari-jari tangan dan jari-jari kaki satu sama lain sehingga seperti membentuk sarung tangan (mitten formation). Pada pasien EB, kuku jari bisa terlepas, bahkan dapat terbentuk jaringan parut, sehingga terlihat seperti stik drum (drumstick appearance).
Pada umumnya, gejala yang sering ditunjukkan adalah lepuh dan luka. Oleh karena itu, terdapat beberapa prosedur perawatan luka yang perlu diikuti oleh orang-orang yang merawat pasien EB di rumah, baik orang tua, perawat, dll.
Perawatan Luka pada Pasien Epidermolisis Bulosa
Berdasarkan waktu terjadinya luka pada pasien EB, cara merawat luka pasien EB terbagi menjadi dua, yakni perawatan luka untuk luka akut (baru) dan luka kronis (menahun). Berikut merupakan prinsip perawatan luka untuk masing-masing jenis luka:
- Perawatan Luka Akut (Baru)
- Mencegah bertambah luasnya lepuh dengan cara memecahkan lepuh dengan hati-hati
- Bila terjadi infeksi, bersihkan luka dan oleskan krim antibiotic sesuai resep dokter
- Menjaga kulit dari terkena gesekan atau trauma lebih lanjut
- Menjaga kelembapan luka dengan menggunakan penutup luka/wound dressing yang sesuai
- Mengoptimalkan asupan nutrisi dan memperhatikan tanda-tanda anemia/kurang darah
- Perawatan Luka Kronis (Menahun)
- Bila terdapat eksudat atau nanah, maka luka harus dibersihkan
- Gunakan penutup luka/wound dressing dengan daya serap yang lebih tinggi
- Waspada dan segera konsultasi ke dokter spesialis kulit dan kelamin (Sp.KK/Sp.DV) apabila terdapat salah satu dari tanda-tanda berikut ini:
- Tanda-tanda radang, misalnya bengkak, kulit sekitar memerah, timbul rasa nyeri,
- Timbulnya jaringan parut berlebih
- Tanda-tanda kekurangan gizi, yaitu kurangnya nafsu makan, pucat, tidak mau makan, berat badan tidak bertambah sesuai seharusnya, dan badan terasa lemas.
Teknik Merawat Luka pada Pasien Epidermolisis Bulosa
Teknik memecahkan lepuh pada luka baru:
- Lepuh dibersihkan dengan alkohol
- Luka ditusuk beberapa lubang sejajar dengan kulit menggunakan jarum steril, jangan sampai terluka
- Cairan ditampung pada kasa
- Jangan menekan lepuh
Perawatan luka menahun:
- Penutup luka/wound dressing dilepaskan perlahan dengan cara dibasahi dengan cairan infus NaCl 0,9% selama 15 menit atau berendam pada waktu mandi.
- Penutup luka/wound dressing yang melekat dilepaskan perlahan-lahan.
Prinsip Dasar Penggunaan Penutup Luka (Wound Dressing) pada Pasien Epidermolisis Bulosa
Pada dasarnya, luka yang lembap, baik luka baru maupun menahun akan sembuh lebih cepat. Nyeri yang dirasakan pada luka yang lembap tidak separah yang dirasakan di area luka yang kering. Pemilihan penutup luka sangat penting dalam proses penyembuhan luka, sehingga keluarga atau orang-orang yang merawat luka EB harus dapat memilih penutup luka yang sesuai.
Secara umum, jenis penutup luka (wound dressing) dapat dibagi menjadi 2, yakni tipe yang memberikan kelembapan dan tipe yang mudah menyerap cairan. Tujuan akhir penggunaan penutup luka adalah mendapatkan luka yang lembap. Untuk luka eksudatif (bernanah), diharapkan memilih penutup luka yang bersifat menyerap cairan, sedangkan pada luka yang kering menggunakan penutup luka yang memberikan kelembapan.
Oleh: dr. Inne Arline Diana, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV